MAKALAH
PENILAIAN PSIKOMOTOR
A.
LATAR BELAKANG
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan
mencakup sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran
dan penilaianharus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan
dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor
(keterampilan).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 20 Tahun 2007 menyebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh
dan berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa penilaian oleh guru mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik. Cakupan aspek penilaian yang dimaksud
adalah aspek kognitif (pengetahuan), aspek psikomotor (keterampilan), dan aspek
afektif (sikap). Untuk dapat merancang dan melaksanakan penilaian psikomotor
yang sesuai dengan standar penilaian, guru harus memiliki pengetahuan, pemahaman,
dan kemampuan yang memadai dalam mengembangkan perangkat penilaian psikomotor.
Penilaian psikomotorik implementasinya dapat
dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat
penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat
mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya
tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik,
partisipasi peserta didik dalam simulasi.
Untuk jenjang Pendidikan SMA, mata pelajaran yang
banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan, seni budaya, fisika, kimia, biologi, dan keterampilan. Dengan
kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor
adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam
kegiatan-kegiatan praktikitu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun
hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Kegiatan-kegiatan
praktikum tersebut nantinya bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang
kreatif dan terampil dalam memanfaatkan segala sesuatu yang berpotensi dalam
diri dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan di SMK di dominasi ranah psikomotoril
karena dalam struktur kurikulum memang lebih dominan kegiatan praktik.
B.
PENGERTIAN
PSIKOMOTOR
Hasil
belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain
secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu,
namun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik
lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang
menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada ranah kognitif, dan
keduanya selalu mengandung ranah afektif.
Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan
menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,
dan nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas
fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Berkaitan
dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan
dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata
pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih
beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan
keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian
seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Menurut
Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu: gerakan refleks,
gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan
komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak
tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang
mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan perseptual adalah
kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah
kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan
yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi
nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.
Buttler
(1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific
responding, motor chaining, rule using. Pada tingkat specific responding
peserta didik mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, (yang dapat
didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan keterampilan yang sifatnya
tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor
chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua
keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola,
menggergaji, menggunakan jangka sorong, dll. Pada tingkat rule using
peserta didik sudah dapat menggunakan pengalamannya untuk melakukan
keterampilan yang komplek, misalnya bagaimana memukul bola secara tepat agar
dengan tenaga yang sama hasilnya lebih baik.
Dave
(1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat
dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi,
dan naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan
sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.
Contohnya, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat karena pernah
melihat atau memperhatikan hal yang sama sebelumnya. Manipulasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi
berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang peserta
didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau
teori yang dibacanya. Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan
kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang
tepat. Contoh, peserta didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai
dengan target yang diinginkan. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya
merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh, peserta didik dapat mengejar bola
kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang
diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudah dapat melakukan tiga kegiatan
yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat serta memukul bola
dengan arah yang tepat pula. Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan
fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir
panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat
sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.
C. PEMBELAJARAN PSIKOMOTOR
Menurut
Ebel (1972), ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai, metode
pembelajaran, dan evaluasi yang akan dilaksanakan. Oleh karena ada perbedaan
titik berat tujuan pembelajaran psikomotor dan kognitif maka strategi
pembelajarannya juga berbeda. Menurut Mills (1977), pembelajaran keterampilan
akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil
mengerjakan (learning by doing). Leighbody (1968) menjelaskan bahwa
keterampilan yang dilatih melalui praktik secara berulang-ulang akan menjadi
kebiasaan atau otomatis dilakukan. Sementara itu Goetz (1981) dalam
penelitiannya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan berulang-ulang akan
memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemahiran keterampilan. Lebih lanjut
dalam penelitian itu dilaporkan bahwa pengulangan saja tidak cukup menghasilkan
prestasi belajar yang tinggi, namun diperlukan umpan balik yang relevan yang
berfungsi untuk memantapkan kebiasaan. Sekali berkembang maka kebiasaan itu
tidak pernah mati atau hilang.
Sementara
itu, Gagne (1977) berpendapat bahwa kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil
belajar keterampilan ada dua macam, yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk
kondisi internal dapat dilakukan dengan cara (a) mengingatkan kembali bagian
dari keterampilan yang sudah dipelajari, dan (b) mengingatkan prosedur atau
langkah-langkah gerakan yang telah dikuasai. Sementara itu untuk kondisi
eksternal dapat dilakukan dengan (a) instruksi verbal, (b) gambar, (c)
demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik.
Dalam
melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapa langkah
yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yang optimal.
Mills (1977) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah
(a) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b) menganalisis keterampilan
secara rinci dan berutan, (c) mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan
penjelasan singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk
kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan
bagian-bagian yang sukar, (d) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan, (e) memberikan
penilaian terhadap usaha peserta didik.
Edwardes
(1981) menjelaskan bahwa proses pembelajaran praktik mencakup tiga tahap, yaitu
(a) penyajian dari pendidik, (b) kegiatan praktik peserta didik, dan (c)
penilaian hasil kerja peserta didik. Guru harus menjelaskan kepada peserta
didik kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Kompetensi kunci adalah kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agar
tugas atau pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal.
Sebagai contoh, dalam memukul bola, kompetensi kuncinya adalah kemampuan
peserta didik menempatkan bola pada titik ayun. Dengan cara ini, tenaga yang
dikeluarkan hanya sedikit namun hasilnya optimal. Contoh lain, dalam
mengendorkan mur dari bautnya, kompetensi kuncinya adalah kemampuan peserta
didik memegang kunci pas secara tepat yakni di ujung kunci. Dengan cara ini
tenaga yang dikeluarkan untuk mengendorkan mur jauh lebih sedikit bila
dibandingkan dengan pengendoran mur dengan cara memegang kunci pas yang tidak
tepat.
Dalam
proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja tidak boleh dikesampingkan,
baik bagi peserta didik, bahan, maupun alat. Leighbody (1968) menjelaskan bahwa
keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran psikomotor.
Guru harus menjelaskan keselamatan kerja kepada peserta didik dengan
sejelas-jelasnya. Oleh karena kompetensi kunci dan keselamatan kerja merupakan
dua hal penting dalam pembelajaran keterampilan, maka dalam penilaian kedua hal
itu harus mendapatkan porsi yang tinggi.
D. PENILAIAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTOR
Ada
beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan
(1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1)
pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu
dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan
kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat
bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan
alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun
urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca
gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau
ukuran yang telah ditentukan.
Dari
penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar
psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk.
Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta
didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes
peserta didik.
E.
UNSUR YANG TERLIBAT DALAM PENILAIAN
PSIKOMOTOR
Secara
umum unsur – unsur yang terlibat dalam pengembangan dan penyusunan penilaian
psikomotorik dalam dunia pendidikan sebagai berikut:
1.
Kepala Sekolah
2.
Tim Pengembang Kurikulum (TPK).
3.
Guru / MGMP
F.
DASAR HUKUM /REFERENSI
Adapun
dasar-dasar hokum yang menjadi landasan pentingnya penilaian psikomotorik
sebagai berikut:
1.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
2.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,
3.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan,
4.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian,
5.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses,
6.
SK. Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah No. 12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata Cara
Penyusunan laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah
7.
Panduan Penilaian Kelompok Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Badan Standar Nasional Pendidikan;
8.
Panduan Penilaian Kelompok Mata
Pelajaran Jasmani Olah Raga dan Kesehatan, Badan Standar Nasional Pendidikan;
9.
Panduan Penilaian Kelompok Mata
Pelajaran Estetika, Badan Standar Nasional Pendidikan;
10.
Pedoman Pengembangan Perangkat Penilaian
Psikomotor, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas;
11.
Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen
dan Penilaian Ranah Psikomotor, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
G.
PENGERTIAN DAN KONSEP (PENILAIAN
PSIKOMOTORIK)
·
Tes praktik (kinerja) adalah tes yang
meminta peserta didik melakukan perbuatan/menampilkan/ mendemonstrasikan
keterampilannya;
·
Penilaian Psikomotorik dilakukan oleh
pendidik melalui pengamatan terhadap perkembangan psikomotorik peserta didik;
·
Mata pelajaran yang berkaitan dengan
psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan
menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan;
·
Prosedur pembelajaran psikomotor
meliputi langkah-langkah dalam mengajar praktik, yaitu:
1. Menentukan
tujuan dalam bentuk perbuatan;
2. Menganalisis
keterampilan secara rinci dan berurutan;
3. Mendemonstrasikan
keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan memberikan perhatian
pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar;
4. Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan
pengawasan dan bimbingan;
5. Memberikan
penilaian terhadap usaha peserta didik
·
Pedoman Penskoran berupa daftar periksa
observasi atau skala penilaian yang harus mengacu pada soal. Daftar periksa
observasi memuat aspek-aspek keterampilan pada setiap aspek keterampilan kunci
dalam bentuk pertanyaan/pernyataan ke dalam tabel, sedangkan skala penilaian
memuat banyaknya gradasi skor
·
Kriteria atau rubrik adalah pedoman
penilaian kinerja atau hasil kerja peserta didik yang terdiri atas skor dan
kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai skor tersebut.
·
Penskoran harus memperhatikan ada atau
tidak adanya perbedaan bobot tiap-tiap aspek keterampilan yang ada dalam skala
penilaian atau daftar periksa observasi.
H.
PROSEDUR KERJA
1. Kepala
sekolah menugaskan kepada TPK sekolah dan guru/MGMP sekolah untuk melakukan
penyusunan perangkat penilaian psikomotor;
2. Kepala
sekolah memberikan arahan teknis kepada TPK dan guru tentang penyusunan
perangkat penilaian psikomotor sekurang-kurangnya memuat:
· Dasar
pelaksanaan penyusunan perangkat penilaian psikomotor
· Tujuan
yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penyusunan perangkat penilaian
· psikomotor
· Manfaat
penyusunan perangkat penilaian psikomotor
· Hasil
yang diharapkan dari penyusunan perangkat penilaian psikomotor
· Mekanisme
kerja penyusunan perangkat penilaian psikomotor
· Unsur-unsur
yang terlibat dan uraian tugas dalam pelaksanaan penyusunan perangkat penilaian
psikomotor.
3. TPK
sekolah menyusun rencana kegiatan untuk penyusunan perangkat penilaian
psikomotor SMA, sekurang-kurangnya berisi uraian kegiatan, sasaran/hasil,
pelaksana dan jadwal pelaksanaan, mencakup kegiatan:
4. TPK
sekolah menyusun rencana kegiatan untuk penyusunan perangkat penilaian
psikomotor SMA, sekurang-kurangnya berisi uraian kegiatan, sasaran/hasil,
pelaksana dan jadwal pelaksanaan;
5. TPK
sekolah menyusun rambu-rambu mekanisme penyusunan perangkat penilaian
psikomotor;
6. Guru/MGMP
sekolah menyusun perangkat penilaian psikomotor berupa instrumen penilaian
psikomotor;
7. Kepala
sekolah dan TPK sekolah bersama guru/MGMP sekolah melakukan review dan revisi
perangkat penilaian psikomotor;
8. TPK
sekolah bersama guru/MGMP sekolah memfinalkan hasil revisi perangkat penilaian
psikomotor;
9. Kepala
sekolah menandatangani perangkat penilaian psikomotor;
10. TPK
sekolah menggandakan perangkat penilaian psikomotor sesuai kebutuhan dan
mendistribusikan kepada dewan guru dan pihak lain yang memerlukan.
Adapun
Bagan Alur Prosedur Kerja Penyusunan Perangkat Penilaian Psikomotorik sebagai
berikut:
Gambar 1. Alur Kerja Penyusunan Perangkat Penilaian
Psikomotorik
I.
INSTRUKSI KERJA
Adapun
instruksi kerja proses penyusunan instrumen penilaian psikomotorik sebagai
berikut:
1.
Analisis SK/KD mengikuti Instruksi Kerja
Analisis SK/KD
2.
Menyusun kisi-kisi soal
memperhatikan: identitas kisi-kisi dan kolom-kolom dalam tabel kisi-kisi (KD,
Bahan Kelas/Semester, Materi, Indikator Soal, Bentuk dan
Nomor
Soal)
3.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusun soal adalah kesesuaian kisi-kisi dan penjabaran indikator
menjadi soal dengan mempertimbangkan materi pembelajaran
4.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun pedoman penskoran adalah:
1.
Mencermati soal
2.
Mengidentifikasi aspek-aspek
keterampilan kunci
3.
Mengidentifikasi aspek keterampilan
dari setiap aspek keterampilan kunci
4.
Menentukan jenis instrumen
5.
Menentukan rentang skor tiap aspek
keterampilan
6.
Menentukan skor minimal dan skor
maksimal
7.
Membaca kembali skala penilaian
8.
Meminta orang lain untuk membaca
atau menelaah instrumen
Gambar
2. Flow Chart proses penyusunan instrument penilaian psikomotorik
J.
JENIS
TES PSIKOMOTOR
Tes untuk
mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance)
yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa
tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes
unjuk kerja.
1.
Tes
simulasi
Kegiatan
psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik,
sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan
bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu
alat yang sebenarnya.
2.
Tes
unjuk kerja (work sample)
Kegiatan
psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik
pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
Tes
simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi
langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi
dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun
skala penilaian (rating scale). Psikomotorik yang diukur
dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat
baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Secara
teknis penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu
lembar pengamatan) dan tes perbuatan.
1. Dalam ranah psikomotorik yang diukur
meliputi:
2. Gerak refleks,
3. Gerak dasar fundamen,
4. Keterampilan perseptual;
diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris,
diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi,
5. Keterampilan fisik,
6. Gerakan terampil,
7. Komunikasi non diskusi (tanpa
bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
K.
CONTOH PENILAIAN PSIKOMOTOR
Contoh
Instrumen Penilaian Psikomotor pada Mata Pelajaran Penjas Orkes
Tabel 1. Contoh
Kisi-kisi penilaian psikomotorik
Jenis
Sekolah
|
:
|
SMA
---SMK
|
|||||
Mata
Pelajaran
|
:
|
Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
|
|||||
Teknik
Penilaian
|
:
|
Tes
Praktik
|
|||||
Penilaian
Pendidik
|
:
|
Ulangan
Harian
|
|||||
Jumlah
Soal/Waktu
|
:
|
1/30
menit
|
|||||
Standar
Kompetensi
|
:
|
2.
Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan
olahraga
dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang
terkandung
di dalamnya
|
|||||
Kompetensi
Dasar
|
Bahan
kelas/sem
|
Materi
pembelajaran
|
Indikator
soal
|
Bentuk
soal
|
Nomor
soal
|
||
1.3
Mempraktikkan
keterampilan
atletik
dengan
menggunakan
peraturan
yang
dimodifikasi
serta
nilai
kerjasama,
kejujuran,
menghargai,
semangat,
dan
percaya
diri
|
X
/ 1
|
Lari
cepat 100
meter
|
Peserta
didik
dapat
mendemon-
strasikan
lari
cepat
100 meter
dengan
teknik
yang
benar
|
Unjuk
Kerja
|
1
|
||
L.
CONTOH SOAL
Berdasarkan
kisi-kisi soal, dapat dibuatkan soal sebagai berikut:
”Demonstrasikan/lakukan lari cepat 100
meter dengan teknik yang benar. Perhatikan posisi mulai, teknik mulai, teknik
lari, dan teknik memasuki garis finish”.
M.
PEDOMAN PENSKORAN/PENILAIAN
Berdasarkan soal di atas, dapat disusun pedoman
penskoran dengan tahapan sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi aspek-aspek
keterampilan kunci dalam lari 100 m. Dalam hal ini aspek–aspek keterampilan
kunci itu adalah:
a.
posisi mulai (starting position)
b.
teknik mulai (starting action),
c.
teknik lari (sprinting action), dan
d.
teknik memasuki garis finis (finishing action).
2.
Mengidentifikasi aspek-aspek
keterampilan dari setiap aspek keterampilan kunci. Dalam hal ini aspek
keterampilan kunci pada posisi mulai/starting position dirinci menjadi aspek
keterampilan memposisikan kaki, tangan, badan, pandangan mata, dan posisi
tungkai pada saat aba-aba “siap”, dan seterusnya.
3.
Dilanjutkan dengan membuat lembar
daftar periksa observasi dan skala penilaian sebagai berikut :
Tabel
2. Aspek-aspek penilaian
Aspek-aspek
keterampilan
|
Skala
penilaian
|
Skor
butir
|
||||
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
Starting
Position
1.
Posisi lutut waktu jongkok
2.
Posisi tangan waktu jongkok
3.
Posisi punggung waktu jongkok
4.
Pandangan mata saat start
5.
Posisi tungkai saat aba-aba siap
|
|
|
|
|
|
|
Starting
action
1.
Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari
2.
Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu
lari dimulai
3.
Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri
digerakkan
4.
Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan
5.
Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah
|
|
|
|
|
|
|
Sprinting
action
1.
Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke depan
2.
Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak ke
tanah
3.
Sumber ayunan lengan saat lari
4.
Posisi siku saat lari
5.
Posisi badan saat lari
|
|
|
|
|
|
|
Finishing
Action
1.
Gerakan kaki saat masuk finish
2.
Pandangan mata saat masuk finish
3.
Kecepatan saat masuk finish
4.
Posisi badan saat masuk finish
5.
Kecepatan lari setelah masuk finish
|
|
|
|
|
|
|
JUMLAH
|
|
Penentuan
nilai peserta didik, dirumuskan:
Nilai
= X 100
Keterangan:
a) Jumlah
aspek keterampilan (20)
b) Rentang skor tiap aspek ketrampilan (1
sampai dengan 5)
c) Skor perolehan (Jumlah skor perolehan
siswa pada 20 aspek keterampilan)
d) Skor maksimal (20 x 5 = 100)
DAFTAR
PUSTAKA
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar